Maaf
Dia menangis di depanku. Aku tak
tega sahabatku diperlakukan sedemikian sakitnya. Aku ingin menangis, tapi aku
tak mampu. Aku hanya bisa memberi dia semangat. Dia begitu menyayangi
kekasihnya. Aku tak habis fikir kalau tom menceritakan sejujurnya. Aku tau
kalau jujur itu lebih baik, tapi aku tak tega kalau yang diperlakukan adalah
sahabatku sendiri. Dia menjadi tempat pelarian tom karena cintanya tak
terdapatkan. Tapi bagaimana kalau key sampai tahu kalau cinta yang tom kejar
dulu itu aku. Mungkin detik ini bukanlah aku yang jadi tempatnya bercerita.
Tom orang baik dan key juga orang
baik pula. Aku pernah membaca sebuah buku kalau orang baik akan mendapatkan
orang yang baik pula. Itu alasan mengapa aku menolak cinta dari tom yang dari
dulu mengejarku. Aku hanya ingin tom mendapat pasangan yang sama baiknya dan
menurutku itu key, tapi mengapa tom tega menceritakan kalau key hanya tempat
pelariannya.
“apa kamu tahu siapa orang yang tom
kejar?”
“engga ve, andaikan aku tahu, aku
ingin menyuruhnya menjadi kekasih tom. Memang aku menyayangi tom sejak dulu.
Tapi kalau aku tak sanggup kalau hanya sekedar pelariannya.”
“lalu apa yang akan kamu lakukan
selanjutnya key?”
“aku pengin putus ve.”
“putus? Aku rasa jangan key.
Bukankah tom orang yang dari dulu kamu inginkan? Aku rasa dia sedang ada
masalah, makanya dia sampai bilang begitu. Lagipula kalian sudah 6 bulan key.”
“aku gak kuat ve”
“aku akan coba bilang ke tom, tapi
saran aku kamu jangan putus yah. Itu kan hanya masa lalu dia. Dia sudah sayang
sama kamu”
Aku harap apa yang baru saja aku
ucapkan benar. Berharap tom sudah benar-benar melupakanku. Mungkinkah aku harus
mencari pendampingku agar tom mau melupakanku. Tapi siapa yang mau denganku.
Aku bukan wanita yang sehat. Hidup aku hanya tinggal bantuan obat yang aku
minum sekarang. Kecuali ada dokter yang menemukan obat yang dosisnya lebih
besar. Andaikan dulu aku menerima tom, aku tak mau menghianati key yang sudah
lama mencintainya dan aku tak mau nantinya tom akan menyesal.
Sudah lama aku berdiri di depan vila
milik tom. Aku mengetuk pintu tak dibukanya. Aku tau kalau tom berada di dalam,
buktinya aku telepon dia bunyinya sampai terdengar di luar tapi tak mau
mengangkatnya dan kemudian aku telpon lagi tapi hp dia mati. Aku juga melihat
sepintas dia berada di kamarnya. Dia bersembunyi dalam keterbukaan. Dia sengaja
menampakkan diri tapi tak mau memperlihatkan tubuhnya. Aku berteriak tapi
perlahan suaraku susah untuk dikeluarkan. Aku ingin duduk tapi tak ada tempat
duduk yang ada hanya tanah yang becek bekas hujan tadi pagi. Sore semakin tiba,
hawa dingin mulai menusuk tulang dan ototku. Badanku semakin lemas, aku ingin
pulang tapi aku belum berbicara dengan tom. Aku tak mau key menangis terus. Aku
ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tapi tom tak mau keluar.
Pandanganku semakin buyar, akhirnya aku menulis sepucuk surat untuk tom karena
setiap aku pergi selalu membawa tas yang berisi paling tidak ada buku harianku,
aku meceritakan semua yang terjadi dalam diriku. Aku sudah tak kuat lagi. Obat
yang aku punya terakhir aku minum siang tadi. Badanku semakin lemas dan lemas
tak bertenaga. Nafasku terasa sesak dan aku terjatuh. Bruuuuuuuuuk. Allahu
Akbar, itu yang terakhir aku ucapkan.